Shiga Naoya merupakan salah satu
pengarang novel dan cerita pendek Jepang yang yang paling berpengaruh pada
jaman Taisho dan Showa dan menjadi salah satu tokoh sastra Jepang yang paling
dihormati dari abad kedua puluh. Beliau lahir pada tanggal 20 Februari 1883 di
kota Ishinomaki, prefektur Miyagi dan meninggal tanggal 21 Oktober 1971 di
Tokyo pada usia 88 tahun
akibat pneumonia.
Shiga Naoya merupakan putra kedua
dari Shiga Naoharu. Pada saat itu, mereka tinggal di Miyagi karena sang ayah
yang bekerja sebagai pegawai bank di sana. Kemudian mereka pindah ke Tokyo
ketika Naoya berusia tiga tahun untuk tinggal bersama kakeknya, Shiga Naomichi dan neneknya, Rume. Naoya sangat menyayangi kakek dan
neneknya karena sang nenek sangat memanjakannya dan baginya sang kakek
merupakan salah satu orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Ibunya meninggal saat Naoya berusia 13
tahun. Beliau kemudian menuliskan tentang kematian ibunya dan pernikahan
kembali ayahnya dalam “Haha No Hi To
Atarashii Haha” (Kematian
Ibuku Dan Ibu Baruku). Naoya dan ibu tirinya memiliki hubungan yang
harmonis. Namun sebaliknya, hubungannya dengan sang ayah semakin memburuk.
Pada tahun 1900, Naoya menjadi
pengikut agama Kristen dan mulai mengikuti kegiatan sosial. Naoya berencana turut serta dalam aksi protes
terhadap perusahaan tambang tembaga Ashio yang telah mencemari sungai dan
meracuni penduduk disekitarnya. Namun sang ayah yang pernah bekerja sama dengan
perusahaan tersebut melarang Naoya untuk ikut berpartisipasi. Meskipun akhirnya
Naoya mengikuti perintah ayahnya, namun hal ini menjadi awal keregangan
hubungan keduanya. Ketegangan antara Naoya dan ayahnya semakin memuncak karena kisah cinta Naoya dengan salah satu pelayan keluarga dan Naoya menyatakan
niatnya untuk menikahi gadis itu. Ayah Naoya yang memiliki kebanggaan karena
merupakan kerturunan dari keluarga terpandang dan terkemuka sangat menentang
hal tersebut. Dia memisahkan keduanya dengan mengusir pelayan tersebut dari kediaman
keluaraga Shiga.
Selama
di perguruan tinggi, Naoya mulai tertarik untuk menulis, yang mana bagi sang
ayah dianggap sebagai kegiatan yang tak ada gunanya. Naoya bersama
teman-temannya kemudian mendirikan “Shirakaba”
pada tahun 1910. Shirakaba merupakan grup penganut paham humanisme yang
berdasarkan pada paham idealisme dan menentang pandangan naturalisme.
Pengarang-pengarang terdapat di dalamnya antara lain: Mushanokooji Saneatsu,
Shiga Naoya, Arishima Takeo, Nagayo Yoshio dan Satomi Ton. Edisi pertama dari
majalah ini memuat sebuah novel karangannya yang berjudul “Abashiri Made” (nama tokoh pada buku ini). Pada tahun yang sama,
Naoya juga menerbitkan “Kamisori” (The Razor).
Pada
tahun 1912, Naoya menerbitkan autobiografi berjudul “Otsu Junkichi”yang menceritakan tentang kisah cintanya dengan sang
pelayan. Terbitnya novel ini menyebabkan Naoya bertengkar lagi dengan ayahnya
sehingga Naoya dipaksa untuk meninggalkan rumahya. Setelah kejadian itu, Naoya
memutuskan untuk tinggal di Onomichi mengikuti saran temannya. Dan di tahun
1913 ia kembali menerbitkan sebuah karyanya yang berjudul “Seibei
To Hyotan” (Seibei’s Gourd). Ia
kemudian menikah pada tahun 1914 dengan Yasuko Kageyunokoji (sepupu dari
Saneatsu Mushanokoji) yang merupakan seorang janda beranak satu. Hal ini
menyebabkan putusnya hubungan Naoya dengan keluarganya dan melepas hak
warisnya. Pada tahun 1915, ia bersama istrinya pindah ke Abiko di prefektur
Chiba.
Pada
tahun 1917, Naoya kembali mengeluarkan sebuah karya berjudul ”Kinosaki Ni Te” (At Kinosaki). Setelah kelahiran putri kedua Naoya (putri pertamanya
meninggal tidak lama setelah dilahirkan tahun lalu), ia berbaikan dengan
ayahnya. Hal ini dia ungkapkan dalam novelnya yang berjudul “Wakai” (Reconciliation, 1917). “Wakai”
merupakan autobiografi mengenai konflik antara dirinya dan ayahnya, sedangkan “Kinosaki Ni Te” ditulisnya berdasarkan
atas pengalamannya saat sedang beristirahat di Onsen Kinosaki setelah terluka
parah akibat tertabrak kereta api di Tokyo.
Pada
tahun1920, Naoya menerbitkan “Kozo no
Kamisama” dan “Takibi”. Kemudian
dari tahun 1921-1937, Naoya mengerjakan karya besarnya yakni “An’ya Koro” (A Dark Night’s Passing)
yang menjadi satu-satunya novel panjang yang ditulisnya, yang kemudian menjadi
salah satu adikarya sastra Jepang modern. Setelah meninggal dunia beliau dimakamkan
di pemakaman Aoyama, Tokyo. Banyak naskah hasil karyanya yang disumbangkan ke
museum sastra modern Jepang. Naskah, surat-surat dan barang peninggalan Shiga
Naoya disimpan di Museum Sastra Shirakaba di Abiko, prefektur Chiba.
Shiga
Naoya memiliki sifat yang keras, menjunjung tinggi kesusilaan, dan menentang
ketidakadilan. Beliau mempunyai pandangan tersendiri tentang kehidupan yang
didasari humanisme. Gaya penulisannya sangat sempurna dan realis. Shinga Naoya
disebut-sebut sebagai “Bungaku No
Kamisama”, “Shosetsu No Kamisama”
maupun “God Of Fiction”. Pada tahun
1949, beliau dianugerahi Order of Culture
oleh pemerintahan Jepang. Penulis terkenal yang pernah belajar padanya antara
lain: Kosaku Takii, Kazuo Ozaki, Kazuo Hirotsu, Kiku Amino, Shizuo Fujieda,
Toshimasa Shimamura, Kiyoshi Naoi, Hiroyuki Agawa dan Takijii Kobayashi.
Donald
Keene pernah berkata, "Tidak ada penulis modern yang lebih diidolakan
daripada Shiga Naoya. Setengah lusin penulis pernah menjadi muridnya, dan tak
terhitung jumlah orang yang mendapatkan pengaruh dari tulisannya." Penulis
terkemuka seperti Akutagawa Ryunosuke, Tanizaki Junichiro, dan Kawabata
Yasunari pun mengagumi karyanya. Meskipun pasca-Perang Dunia II ada beberapa
kritikus yang mempertanyakan nilai dan sepenting apa karyanya, namun mereka
mengakui bahwa ia tetap seorang tokoh penting. Shiga Naoki mendapatkan banyak
pujian karena kemampuannya untuk menyampaikan keadaan psikologis yang kompleks
melalui saran, implikasi, dan kiasan dalam karya-karyanya.
Berikut
merupakan beberapa buah karya beliau selama hidupnya:
·
Fusuma (The
Paper Door)
·
Seigiha
·
Takibi
Haiiro no Tsuki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar