2.1. Pengertian Metode Penerjemahan
Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam Macquarie Dictionary (1982) a method is a
way of doing something, especially in
accordance with a definite plan (metode adalah suatu cara melakukan
sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu). Dari definisi tersebut dapat ditarik dua hal
penting yakni metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu “cara melalukan
penerjemahan”, dan yang kedua metode berkenaan dengan rencana tertentu, yaitu
rencana dalam pelaksanaan dalam penerjemahan.
Metode penerjemahan berarti cara
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna bahasa
sumber secara keseluruhan ke dalam bahasa sasaran (Syihabuddin, 2005:68).
Metode diperoleh dari berbagai kajian masalah yang sering terjadi dalam
penerjemahan, sehingga menghasilkan prosedur dan teknik pemecahan masalah.
Menurut Newmark (1988:45-47), metode penerjemahan dapat ditilik dari segi
penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran.
2.2. Jenis-Jenis Metode Penerjemahan
- Metode penerjemahan yang penekanannya terhadap bahasa sumber.
1)
Penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan ini yang
paling dekat dengan bahasa sumber. Disini urutan kata dalam teks bahasa sumber
tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan dengan maknanya yang paling dasar
diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah.
Kegunaan terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami mekanisme bahasa
sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.
Contohnya:
TSu : Iam a student.
TSa : Saya adalah murid.
Kata-kata yang bersifat
kultural seperti, tempe, sushi, kimono,
barong, dll, diterjemahkan apa adanya.
2)
Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga
penerjemahan lurus (linear translation).
Kontruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya (bahasa
sasaran), sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagai proses
penerjemahan awal penerjemahan harfiah dapat membantu melihat masalah yang
harus diatasi.
Contohnya:
TSu: It’s Raining cats and dogs
TSa: Hujan kucing dan anjing.
Jika dilihat dari hasil
terjemahannya, kalimat-kalimat yang diterjemahkan secara harfiah masih terasa
janggal, karena maksud sebenarnya dari contoh kalimat di atas adalah “Hujan
lebat” atau “Hujan deras”. Dalam proses penerjemahannya, penerjemah mencari
konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat dengan Bsa. Penerjemahan
harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula dilakukan seperti
penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan
susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa.
3)
Penerjemahan Setia
Metode ini mencoba
menghasilkan kembali makna kontekstual dengan masih dibatasi oleh struktur
gramatikal bahasa sumber. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata
tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa
sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku dan sering kali asing.
Ini dapat dilakukan dalam proses awal pengalihan.
Contoh:
TSu: Ben is too well aware that he’s naughty.
TSa: Ben menyadari terlalu baik
baik bahwa ia nakal.
Meskipun maknanya
sangat dekat (setia) dengan makna dalam teks sumber, versi teks sasarannya
terasa kaku, dan akan terasa lebih wajar jika dipoles lagi dalam tahap
penyerasian serta disesuaikan dengan kaidah teks sasaran menjadi “Ben sangat
sadar bahwa ia nakal”
4)
Penerjemahan Semantik
Penerjemahan secara
semantik berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih memperhitungkan
unsur estetika (keindahan bunyi) teks bahasa sumber dengan mengkompromikan
makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit
mengandung muatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau
istilah yang fungsional. Empati penerjemahan terhadap teks bahasa sumber dalam
penerjemahan semantis dibolehkan. Jika dibandingkan dengan penerjemahan setia,
penerjemahan semantik lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih
terikat oleh bahasa sumber.
Contohnya:
TSu: He is a book-worm
TSa: Dia (laki-laki) adalah orang
yang suka sekali membaca.
Hasil terjemahan
tersebut bersifat fungsional (dapat dimengerti dengan mudah), sekalipun tidak
ada pemadanan budaya (yakni pemadanan dengan menggunakan idiom serupa dalam
bahasa sasaran.
- Metode Penerjemahan yang Penekanannya Terhadap Bahasa Sasaran
1)
Penerjemahan dengan adaptasi atau
saduran
Adaptasi atau saduran
adalah bentuk terjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran.
Penerjemahan ini biasa digunakan untuk drama dan puisi. Tema, karakter, dan
alurnya tetap dipertahankan. Kebudayaan bahasa sumber dikonversikan ke dalam
kebudayaan bahasa sasaran dan teksnya ditulis kembali. Dalam bahasa karangan
ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan contoh-contoh dikurangi atau ditiadakan
sesuai dengan keperluan.
Contohnya:
TSu: As white as snow
TSa: Seputih kapas
2)
Penerjemahan secara bebas
Penerjemahan bebas
adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan
paraphrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya. Dapat juga
terjadi paraphrase dalam bahasa yang sama, sehingga dapat disebut penerjemahan
”Intra-lingual”. Metode ini sering disebut metode “oplosan”. Disebut demikian karena
biasanya “bentuk” (baik bentuk retorik, misalnya alur ataupun bentuk kalimat)
teks bahasa sasaran sudah berubah sama sekali.
Contoh:
Teks sumber : (Time May 28th, 1990) : “Hollywood Rage for Remakes”.
Teks sasaran : (Suara Merdeka, 15 Juli 1990) : “ Hollywood Kekurangan Cerita: Lantas Rame-Rame Bikin Film Ulang”.
Teks sumber : (Time May 28th, 1990) : “Hollywood Rage for Remakes”.
Teks sasaran : (Suara Merdeka, 15 Juli 1990) : “ Hollywood Kekurangan Cerita: Lantas Rame-Rame Bikin Film Ulang”.
Tampak disini bahwa
versi teks sasaran lebih panjang daripada versi teks sumber. Yang disebut
oplosan dalam contoh kasus ini adalah dimasukannya beberapa kalimat dari unsur
isi berita ke dalam judul berita, sehingga lebih panjang daripada aslinya.
Beberapa ahli cenderung menggolongkan terjemahan metode ini bukan karya
terjemahan. Newmark sendiri menyebutnya sebagai “metode” dalam penerjemahan, ia
sendiri pun keberatan menyebut hasilnya sebagai “terjemahan”, karena adanya
perubahan yang cukup drastis. Metode ini mempunyai kegunaan yang sangat khusus.
Seorang penerjemah sebaiknya berhati-hati dalam memilih metode ini sebagai
metode penerjemahannya serta memikirkan kapan dan apa tujuan penerjemahannya.
3)
Penerjemahan Idiomatik
Di sini pesan bahasa
sumber disampaikan kembali tetapi ada
penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan
idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber, tetapi biasa dipakai di dalam
bahasa sasaran. Beberapa pakar penerjemahan kelas dunia seperti Seleskovitch
menyukai metode penerjemahan ini yang dianggapnya “hidup” dan “alami” (dalam
arti akrab).
Contonya:
Teks sumber: Mari minum bir
sama-sama; saya yang bayar.
Teks sasaran: I’ll shout you a beer.
Dalam terjemahan di
atas versi bahasa Inggrisnya (Australian
English) lebih idiomatis daripada versi asli. Versi terjemahan yang tidak
terlalu idiomatis (yakni terjemahan semantis) dapat berbunyi : “Let me buy you
a beer”.
4)
Penerjemahan komunikatif
Penerjemahan komunikatif
berusaha menyampaikan makna konstektual dari bahasa sumber sedemikian rupa,
sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca
bahasa sasaran. Ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal (Hoed, 1993:13-15).
Contoh : Penerjemahan
kata “spine” dalam frase “thorns spines in old reef sediments”.
Apabila kata tersebut diterjemahkan untuk para ahli atau kalangan ilmuwan
biologi, padanannya adalah “spina” (istilah teknis latin), tetapi
apabila diterjemahkan untuk khalayak umum kata tersebut dapat diterjemahkan
menjadi “duri”.
Jika metode
penerjemahan semantis dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kebahasaan
penulis teks asli, penerjemahan komunikatif lebih memperhatikan tingkat
kebahasaan pembaca. Metode komunikatif digunakan untuk teks yang informatif
atau vokatif (himbauan), sedangkan penerjemahan semantis dipakai dalam
menerjemahkan teks yang ekspresif.
Dari metode penerjemahan di atas
ada yang bersifat umum dan khusus. Dari metode-metode yang bersifat umum, hanya
metode semantis dan komunikatif yang memenuhi tujuan-tujuan utama penerjemahan,
yaitu demi ketepatan dan efisiensi sebuah teks.
Ulasan ttg metode terjemahan yg paling jekas, paling rinci yg pernah saya baca
BalasHapusSaya nyari di tempat lain penjelasannya kurang lengkap semua:(
BalasHapusTerimakasih atas penjelasannya ka. The best deh:)