Kamis, 26 Desember 2013

METODE PENERJEMAHAN



2.1. Pengertian Metode Penerjemahan
Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam Macquarie Dictionary (1982) a method is a way  of doing something, especially in accordance with a definite plan (metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu).  Dari definisi tersebut dapat ditarik dua hal penting yakni metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu “cara melalukan penerjemahan”, dan yang kedua metode berkenaan dengan rencana tertentu, yaitu rencana dalam pelaksanaan dalam penerjemahan.
            Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna bahasa sumber secara keseluruhan ke dalam bahasa sasaran (Syihabuddin, 2005:68). Metode diperoleh dari berbagai kajian masalah yang sering terjadi dalam penerjemahan, sehingga menghasilkan prosedur dan teknik pemecahan masalah. Menurut Newmark (1988:45-47), metode penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran.

2.2. Jenis-Jenis Metode Penerjemahan

  • Metode penerjemahan yang penekanannya terhadap bahasa sumber.

1)      Penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan ini yang paling dekat dengan bahasa sumber. Disini urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan dengan maknanya yang paling dasar diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Kegunaan terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.
Contohnya:
TSu : Iam a student.
TSa : Saya adalah murid.
Kata-kata yang bersifat kultural seperti, tempe, sushi, kimono, barong, dll, diterjemahkan apa adanya.
2)      Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan lurus (linear translation). Kontruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya (bahasa sasaran), sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagai proses penerjemahan awal penerjemahan harfiah dapat membantu melihat masalah yang harus diatasi.
Contohnya:
TSu: It’s Raining cats and dogs
TSa: Hujan kucing dan anjing.
Jika dilihat dari hasil terjemahannya, kalimat-kalimat yang diterjemahkan secara harfiah masih terasa janggal, karena maksud sebenarnya dari contoh kalimat di atas adalah “Hujan lebat” atau “Hujan deras”. Dalam proses penerjemahannya, penerjemah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat dengan Bsa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa. 
3)      Penerjemahan Setia
Metode ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku dan sering kali asing. Ini dapat dilakukan dalam proses awal pengalihan.
Contoh:
TSu: Ben is too well aware that he’s naughty.
TSa: Ben menyadari terlalu baik baik bahwa ia nakal.
Meskipun maknanya sangat dekat (setia) dengan makna dalam teks sumber, versi teks sasarannya terasa kaku, dan akan terasa lebih wajar jika dipoles lagi dalam tahap penyerasian serta disesuaikan dengan kaidah teks sasaran menjadi “Ben sangat sadar bahwa ia nakal”
4)      Penerjemahan Semantik
Penerjemahan secara semantik berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih memperhitungkan unsur estetika (keindahan bunyi) teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit mengandung muatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional. Empati penerjemahan terhadap teks bahasa sumber dalam penerjemahan semantis dibolehkan. Jika dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh bahasa sumber.
Contohnya:
TSu: He is a book-worm
TSa: Dia (laki-laki) adalah orang yang suka sekali membaca.
Hasil terjemahan tersebut bersifat fungsional (dapat dimengerti dengan mudah), sekalipun tidak ada pemadanan budaya (yakni pemadanan dengan menggunakan idiom serupa dalam bahasa sasaran.


  • Metode Penerjemahan yang Penekanannya Terhadap Bahasa Sasaran

1)      Penerjemahan dengan adaptasi atau saduran
Adaptasi atau saduran adalah bentuk terjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran. Penerjemahan ini biasa digunakan untuk drama dan puisi. Tema, karakter, dan alurnya tetap dipertahankan. Kebudayaan bahasa sumber dikonversikan ke dalam kebudayaan bahasa sasaran dan teksnya ditulis kembali. Dalam bahasa karangan ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan contoh-contoh dikurangi atau ditiadakan sesuai dengan keperluan.
Contohnya:
TSu: As white as snow
TSa: Seputih kapas
2)      Penerjemahan secara bebas
Penerjemahan bebas adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan paraphrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya. Dapat juga terjadi paraphrase dalam bahasa yang sama, sehingga dapat disebut penerjemahan ”Intra-lingual”. Metode ini sering disebut metode “oplosan”. Disebut demikian karena biasanya “bentuk” (baik bentuk retorik, misalnya alur ataupun bentuk kalimat) teks bahasa sasaran sudah berubah sama sekali.
Contoh:
Teks sumber : (Time May 28th, 1990) : “Hollywood Rage for Remakes”.
Teks sasaran : (Suara Merdeka, 15 Juli 1990) : “ Hollywood Kekurangan Cerita: Lantas Rame-Rame Bikin Film Ulang”.
Tampak disini bahwa versi teks sasaran lebih panjang daripada versi teks sumber. Yang disebut oplosan dalam contoh kasus ini adalah dimasukannya beberapa kalimat dari unsur isi berita ke dalam judul berita, sehingga lebih panjang daripada aslinya. Beberapa ahli cenderung menggolongkan terjemahan metode ini bukan karya terjemahan. Newmark sendiri menyebutnya sebagai “metode” dalam penerjemahan, ia sendiri pun keberatan menyebut hasilnya sebagai “terjemahan”, karena adanya perubahan yang cukup drastis. Metode ini mempunyai kegunaan yang sangat khusus. Seorang penerjemah sebaiknya berhati-hati dalam memilih metode ini sebagai metode penerjemahannya serta memikirkan kapan dan apa tujuan penerjemahannya.
3)      Penerjemahan Idiomatik
Di sini pesan bahasa sumber disampaikan kembali tetapi ada  penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber, tetapi biasa dipakai di dalam bahasa sasaran. Beberapa pakar penerjemahan kelas dunia seperti Seleskovitch menyukai metode penerjemahan ini yang dianggapnya “hidup” dan “alami” (dalam arti akrab).
Contonya:
Teks sumber: Mari minum bir sama-sama; saya yang bayar.
Teks sasaran: I’ll shout you a beer.
Dalam terjemahan di atas versi bahasa Inggrisnya (Australian English) lebih idiomatis daripada versi asli. Versi terjemahan yang tidak terlalu idiomatis (yakni terjemahan semantis) dapat berbunyi : “Let me buy you a beer”.
4)      Penerjemahan komunikatif
Penerjemahan komunikatif berusaha menyampaikan makna konstektual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. Ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal (Hoed, 1993:13-15).
Contoh : Penerjemahan kata “spine” dalam frase “thorns spines in old reef sediments”. Apabila kata tersebut diterjemahkan untuk para ahli atau kalangan ilmuwan biologi, padanannya  adalah “spina” (istilah teknis latin), tetapi apabila diterjemahkan untuk khalayak umum kata tersebut dapat diterjemahkan menjadi “duri”.
Jika metode penerjemahan semantis dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kebahasaan penulis teks asli, penerjemahan komunikatif lebih memperhatikan tingkat kebahasaan pembaca. Metode komunikatif digunakan untuk teks yang informatif atau vokatif (himbauan), sedangkan penerjemahan semantis dipakai dalam menerjemahkan teks yang ekspresif.
Dari metode penerjemahan di atas ada yang bersifat umum dan khusus. Dari metode-metode yang bersifat umum, hanya metode semantis dan komunikatif yang memenuhi tujuan-tujuan utama penerjemahan, yaitu demi ketepatan dan efisiensi sebuah teks.

2 komentar:

  1. Ulasan ttg metode terjemahan yg paling jekas, paling rinci yg pernah saya baca

    BalasHapus
  2. Saya nyari di tempat lain penjelasannya kurang lengkap semua:(
    Terimakasih atas penjelasannya ka. The best deh:)

    BalasHapus