Rabu, 22 Mei 2013

KEKKON SHIKI


Pada bulan oktober banyak orang jepang yang melaksanakan pernikahan (Kekkon Shiki). Memilih hari pernikahan yang terbaik adalah sesuatu yang harus diperhatikan. Jika di Indonesia ada Pon, Pahing, dan sebagainya, di Jepang disebut dengan Rokuyo yang terdiri atas 6 buah yaitu Sengachi, Tomobiki, Sempu, Betsumetsu, Taian dan Jakku. Menurut orang Jepang hari yang paling buruk adalah Betsumetsu, dan yang paling baik  adalah Taian. Upacara perkawinan di Jepang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Butsuzen Kekkon Shiki (Perkawinan Berdasarkan Agama Buddha), Kirisutokyoo Kekkon Shiki (Perkawinan Berdasarkan Agama Kristen) Dan Shinzen Kekkon Shiki (Perkawinan Berdasarkan Agama Shinto).

A.    PERNIKAHAN SHINTO
Walaupun ada beberapa cara untuk merayakan sebuah pernikahan di Jepang, namun kebanyakan pasangan mengikuti ritual tradisi Shinto. Shinto (cara-cara Dewa) adalah kepercayaan tradisional masyarakat Jepang dan merupakan agama yang paling populer di Jepang di samping agama Budha.

ROKUYO (六曜)
Sampai saat ini masih banyak kalender dinding Jepang yang memuat hari-hari mistik. Hari-hari mistik sampai sekarang ini masih dipercaya sebagai pedoman untuk memilih hari baik untuk melakukan upacara yang sifatnya resmi seperti resepsi pernikahan dan upacara pemakaman. Pekan yang disebut rokuyō (六曜) terdiri dari 6 hari-hari mistik: sakigachi, butsumetsu, tomobiki, sakimake, dan shakko.
Arti hari-hari mistik Jepang adalah sebagai berikut:
·         Sakigachi atau senshō (先勝)
Hari baik untuk acara penting, asalkan acara tersebut diadakan pada pagi hari dan sebaiknya tidak mengadakan acara penting sesudah tengah hari.
·         Butsumetsu (仏滅)
Hari sial untuk memulai sesuatu. Sebaiknya tidak mengadakan resepsi pernikahan atau membuka bisnis.
·         Tomobiki (友引)
Hari untuk tidak mengadakan pemakaman. Tomo () artinya teman, Biki () artinya menarik. Konon kalau mengadakan pemakaman pada hari ini, orang yang meninggal akan “mengajak” teman-temannya yang masih hidup untuk ikut pergi bersama-sama ke alam sana.
·         Dai an (大安)
Hari mujur untuk melakukan segala macam kegiatan. Hari terbaik untuk menikah atau mengadakan resepsi pernikahan.
·         Sakimake atau senbu (先負)
Hari harus berhati-hati. Pada hari ini sebaiknya menghindari keputusan yang sifatnya penting.
·         Shakkō (赤口)
Hari sial. Pada hari ini sebaiknya tidak mengadakan acara yang sifatnya penting seperti pemakaman atau pernikahan.

TATA CARA DAN ALUR
Upacara pernikahan Shinto sifatnya sangat pribadi, hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Seringkali diadakan di sebuah tempat suci atau altar suci yang dipimpin oleh pendeta Shinto (kannushi). Banyak hotel dan restauran yang dilengkapi dengan sebuah ruangan khusus bagi upacara pernikahan. Selama hari-hari keberuntungan tertentu dalam kalender Jepang, sangat lumrah untuk melihat lusinan pasangan mengikat janji dalam pernikahan Jepang di tempat suci Shinto.
Di awal upacara pernikahan, pasangan dimurnikan oleh pendeta Shinto.  Kemudian pasangan berpartisipasi dalam sebuah ritual yang dinamakan san-san kudo. Selama ritual ini, mempelai perempuan dan pria bergiliran menghirup sake, sejenis anggur yang terbuat dari beras yang difermentasikan, masing-masing menghirup sembilan kali dari tiga cangkir yang disediakan. Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan.
Saat mempelai perempuan dan pria mengucap janji, keluarga mereka saling berhadapan. Setelah itu, anggota keluarga dan kerabat dekat dari kedua mempelai saling bergantian minum sake, menandakan persatuan atau ikatan melalui pernikahan.
Upacara ditutup dengan mengeluarkan sesaji berupa ranting Sakaki (sejenis pohon keramat) yang ditujukan kepada Dewa Shinto. Tujuan kebanyakan ritual Shinto adalah untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara pembersihan, doa dan persembahan kepada Dewa.
Prosesi singkat ini sederhana dalam pelaksanaannya namun sungguh-sungguh khidmat. Maknanya untuk memperkuat janji pernikahan dan mengikat pernikahan fisik kedua mempelai secara rohani.
Apabila sepasang mempelai Jepang ingin melaksanakan pernikahan tradisional Jepang yang murni, maka kulit sang mempelai perempuan akan dicat putih dari kepala hingga ujung kaki yang melambangkan kesucian dan dengan nyata menyatakan status kesuciannya kepada para dewa.
Mempelai perempuan umumnya akan diminta memilih antara dua topi pernikahan tradisional. Satu adalah penutup kepala pernikahan berwarna putih yang disebut tsuni kakushi (secara harafiah bermakna "menyembunyikan tanduk"). Tutup kepala ini dipenuhi dengan ornamen rambut kanzashi di bagian atasnya di mana mempelai perempuan mengenakannya sebagai tudung untuk menyembunyikan "tanduk kecemburuan", keakuan dan egoisme dari ibu mertua - yang sekarang akan menjadi kepala keluarga. Masyarakat Jepang percaya bahwa cacat karakter seperti ini perlu ditunjukkan dalam sebuah pernikahan di depan mempelai pria dan keluarganya.
Penutup kepala yang ditempelkan pada kimono putih mempelai perempuan, juga melambangkan ketetapan hatinya untuk menjadi istri yang patuh dan lembut dan kesediannya untuk melaksanakan perannya dengan kesabaran dan ketenangan. Sebagai tambahan, merupakan kepercayaan tradisional bahwa rambut dibiarkan tidak dibersihkan, sehingga umum bagi orang yang mengenakan hiasan kepala untuk menyembunyikan rambutnya.
Hiasan kepala tradisional lain yang dapat dipilih mempelai perempuan adalah wata boushi. Menurut adat, wajah mempelai perempuan benar-benar tersembunyi dari siapapun kecuali mempelai pria. Hal ini menunjukkan kesopanan, yang sekaligus mencerminkan kualitas kebijakan yang paling dihargai dalam pribadi perempuan. Mempelai pria mengenakan kimono berwarna hitam pada upacara pernikahan.
Ibu sang mempelai perempuan menyerahkan anak perempuannya dengan menurunkan tudung sang anak, namun, ayah dari mempelai perempuan mengikuti tradisi berjalan mengiringi anak perempuannya menuju altar seperti yang dilakukan para ayah orang Barat.
Jika kita menerima surat undangan pernikahan dari seorang teman warga negara jepang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Menjawab Undangan Pernikahan
Setelah undangan diterima, diharuskan kita segera membalas isi undangan tersebut, dengan mengirimkan kartu pos apakah dapat hadir atau tidak.
1.      Jika Tidak Dapat Hadir
a.       Dalam kartu pos kita tulis ucapan selamat & alasan tidak bisa hadir, misalnya:
"Kekkon omedetou gozaimasu. Zannen nagara, toujitsu wa kaigaishucchou no tame, shussekisuru koto ga dekimasen. Douzo oshiawase".
(Selamat atas pernikahan anda. Sayang sekali, pada hari tersebut saya tidak bisa hadir karena ada tugas ke luar negri. Semoga berbahagia).
b.      Mengirinkan hadiah tanda ikut bergembira. Tetapi perlu diingat, ada beberapa barang yang tidak bisa diberikan karena dipercaya orang jepang dapat merusak kehidupan rumah tangganya kelak, yaitu:
§  Pisau, gunting, dan barang yang dapat memutuskan sesuatu, karena khawatir akanmemutuskan ikatan pernikahan kelak.
§  Barang pecah belah sepeti gelas kaca, keramik, dll karena khawatir akan memecah belah kerukunan berumah tangga.
2.      Jika Dapat Hadir
a.       Dalam kartu pos kita ucapan selamat & terima kasih atas undangan tersebut, misalnya:
"Kekkon omedetou gozaimasu. Yorokonde shussekisaseteitadakimasu".
(Selamat atas pernikahan anda. Dengan senang hati saya akan menghadirinya).

Pakaian Yang Digunakan
Para Undangan
Pakaian yang digunakan, untuk pria adalah black suit (setelan berwarna hitam), sedangkan untuk wanita dapat menggunakan gaun, kimono, atau pakaian daerah lainnya.

Mempersiapkan Hadiah Pernikahan Berupa Uang
Mempersiapkan uang yang disebut "Goshuugi" (congratulatory monetary gift) yang dimasukan ke dalam amplop khusus yang disebut "Shuugibukuro" (congratulatory envelope). Kira-kira uang yang diberikannya adalah 20 ribu-30 ribu yen jika teman kantor. Goshuugi tersebut diberikan kepada resepsionis pernikahan sambil mengucapkan salam persahabatan, misalnya:
Honjitsu omedetou gozaimasu... Kokorobakari no oiwaidesu”
(Selamat... ini sedikit hadiah untuk mempelai).

Sambutan (Speech) & Pembawa Acara (MC)
Jika kita diminta untuk memberikan sambutan atau sebagai pembawa acara, ada beberapa kata yang tidak boleh diucapkan yaitu: Wakareru (berpisah), owaru (berakhir), hanareru (berjauhan), kiru (memotong) karena khawatir hal tsb akan terjadi dalam rumah tangga kelak.
Contoh:
1.      Ucapan penutup acara pernikahan
(X) Hiroen o owari ni shimasu (Kita akhiri upacara ini)
(O) Hiroen o ohiraki ni shimasu (Kita tutup upacara ini).
2.      Ucapan ketika mempersilakan memotong kue
(X) Wedingu keeki o kiru ( silakan memotong kue)
(O) Wedingu keeki ni naifu o ireru (silakan memasukan pisau ke wedding cake).

Pesta Lanjutan (Nijikai)
Setelah upacara pernikahan tersebut selesai, beberapa kerabat atau sahabat dekat akan diundang ke pesta lanjutan yang disebut "Nijikai" (post reception party).

Ucapan Perpisahan
Setelah upacara/ pesta pernikahan selesai, kita berpamitan pada mempelai dengan mengucapkan salam perpisahan, misalnya:
"Oshiawaseni... Totemo tanoshii paatii deshita".
(Semoga berbahagia... pestanya sangat menyenangkan).

Beberapa Ucapan Selamat Kepada Mempelai
§  Kekkon omedetou gozaimasu. Suenagaku oshiawaseni
(Selamat atas penikahan anda. Semoga awet dan berbahagia)
§  Kekkon omedetou gozaimasu. Ofutari no mirai ga subarashiimono de arimasuyouni
(Selamat atas pernikahan anda. Semoga penuh dengan harapan indah bagi berdua)
§  Kekkon omedetou gozaimasu. Ofutari de, nakayoku, atatakai katei o kizuiteitte kudasai.
(Selamat atas pernikahan anda. Semoga berdua rukun selalu dan membentuk keluarga yang menyenangkan)



SOVENIR
Seperti umumnya di Indonesia, para tamu yang diundang pada pesta pernikahan di Jepang, perlu membawa goshugi atau uang pemberian yang dimasukkan dalam amplop, yang dapat diberikan baik sebelum atau sesudah upacara pernikahan.
Di akhir resepsi pernikahan, tandamata atau Hikidemono seperti permen, peralatan makan, atau pernak-pernik pernikahan, diletakkan dalam sebuah tas dan diberikan kepada para tamu untuk dibawa pulang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar