Selasa, 11 Februari 2014

PENERJEMAHAN SUBTITLE FILM

Pengertian Subtitle Film  
Subtitle merupakan hasil terjemahan script film dari BSu (bahasa sumber) ke BSa (bahasa sasaran) yang pada umumnya ditampilkan pada bagian bawah layar.
 
Beberapa pengertian mengenai subtitle film:
  • Subtitle is a printed translation of the dialogue in a foreign language movie, usually appearing at the bottom of the screen (Encarta Dictionary)
  • Subtitling can be defined as the transcription of film or TV dialogue presented simultaneously on the screen (Baker, 2001:247).
  • Szarkowska defines subtitling as a translation of the spoken source language dialogue into the target language in the form of synchronised captions, usually at the bottom of the screen, in the form that alters the source text to the least possible extent and enables the target audience to experience the foreign and be aware of its ‘foreignness’ at all times.
(http://penerjemah.blogdetik.com/tag/penerjemahan-subtitle-film/)

Artinya :
  • Subtitle adalah hasil terjemahan dialog dari film berbahasa asing dan biasanya ditempatkan pada bagian bawah layar bioskop ataupun televisi.
  • Subtitle dapat didefinisikan sebagai tulisan atau teks dari sebuah film atau dialog dalam acara televisi yang ditampilkan secara utuh di dalam layar.
  • Szarkowska mendefinisikan subtitle sebagai hasil terjemahan dari dialog bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk yang sepadan, dan biasanya berada dibagian bawah layar, perubahan teks sumber tersebut dapat berarti luas, namun dapat memungkinkan penonton mencerna hasil terjemahan dengan baik mengingat perbedaan budaya bahasa akan mempengaruhi hasil terjemahan dan mengubah makna dan informasi yang seharusnya disampaikan kepada penonton.

Aturan-Aturan Dalam Penerjemahan Subtitle Film

Beberapa aturan aturan dalam penulisan subtitle :

  • Dalam satu kali tayang, subtitle maksimal terdiri dari dua baris.
  • Subtitle ditayangkan di layar bagian bawah, dengan posisi ditengah.
  • Apabila di layar bagian bawah terdapat tulisan (credit title, nama tokoh, nama lokasi, atau subtitle bahasa lain), maka posisi subtitle harus dinaikkan agar tidak tumpang tindih dengan tulisan tersebut.
  • Satu baris subtitle maksimum terdiri dari 40 karakter, termasuk spasi dan tanda baca (35 karakter untuk Negara-negara di Eropa)
  • Ketika dua baris subtitle ditayangkan bersama, baris kedua diusahakan lebih pendek dibandingkan dengan baris pertama.
  • Durasi penayangan satu baris subtitle minimal tiga detik, dan maksimal lima detik (2,5-3 detik di Negara-negara Eropa), dua baris subtitle minimal tujuh detik, maksimal delapan detik (5-6 detik di Negara-negara Eropa). Dalam penayangan, sinkronisasi dengan gambar dan suara tetap harus dipertimbangkan.
  • Jika kalimat subtitle harus dipenggal, kalimat penggalan harus dapat dipahami pembaca meskipun kalimat berdiri sendiri, denagn demikian pembaca tetap dapat memahami pembicaraan.
  • Nama sutradara, produser, aktor dan tim kru yang muncul di opening dan ending-title tidak perlu diterjemahkan.
  • Lirik lagu hanya diterjemahkan jika merupakan bagian dari isi film. Jika sekedar merupakan musik ilustrasi, tidak perlu diterjemahkan.
  • Jika ada repetisi kata, cukup satu yang diterjemahkan. Contoh: “come on, come on, come on…” cukup diterjemahkan “ayo”.
  • Tulisan di papan nama, surat, e-mail, dll yang ada kaitannya dengan isi cerita harus diterjemahkan
  • Tidak perlu menerjemahkan semua detil. Kalimat boleh disederhanakan. Detil-detil yang tidak penting dapat dihilangkan. Contoh: “oh, eh, ha ha…”

Pemakaian Tanda Baca dalam Subtitle:

  • Garis miring {/} digunakan untuk memisahkan dialog di antara dua orang. Sebelum garis miring tidak dicantumkan tanda titik.
Contoh: 
Apa kau baik saja ? / Ya.

  • Titik tiga {…} digunakan di akhir kalimat untuk menandakan kalimat itu bersambung ke tayangan berikutnya. Titik tiga juga digunakan di awal kalimat untuk menandakan bahwa kalimat itu adalah kelanjutan dari tayangan sebelumnya.
Contoh:
00:01:59,787 --> 00:02:02,790
Tidak dengan itu !
Mengapa tidak...

00:02:02,874 --> 00:02:04,208
...Kau gunakan panahmu sendiri !

  • Titik dua {..} digunakan di akhir kalimat untuk menandakan kalimat itu memang terputus, tidak diutarakan secara lengkap oleh pelaku dalam gambar.
Contoh:
00:31:47,198 --> 00:31:50,076
Aku tahu hal itu,
Jika kau perlu bantuan..

00:31:50,159 --> 00:31:51,828
Tak usah.

  • Tanda kutip ganda {“…”} digunakan untuk menulis kutipan, judul film, buku, lagu, dll.
Contoh:
Kubaca di buku "Sejarah Hogwarts"

  • Tanda kutip tunggal {‘…’} digunakan untuk menulis kutipan yang tersusun dalam kutipan lain serta kata yang mengandung arti konotatif.
Contoh:
Ibu sering mengatakan,
“Jangan bilang ‘sshh’ pada ibu.”

  • Tanda kurung {(…)} digunakan bila dalam subtitle ada sesuatu yang harus dijelaskan. Ini hanya bisa dilakukan bila ruang dan waktu yang tersedia cukup.
Contoh:
ESA (Badan Antariksa Eropa)
Meluncurkan roket Arianne.


Pemakaian Huruf Miring dalam Subtitle Film:
Huruf miring (italics) digunakan dalam penulisan:

  • Narasi. Bila penutur yang tak tampak di layar menyampaikan kisah kepada penonton
  • Suara yang berasal dari alat elektronik. Misalnya suara telepon, radio, televisi, dll.
  • Ujaran dari bahasa asing atau istilah asing. Contoh: Dia menciptakan hattrick!

Beberapa Pihak Yang Terlibat dalam Proses Penerjemahan Subtitle Film:

  • Penyedia Raw / Capper / Raw Provider: Merupakan orang yang bertanggung jawab dalam menyediakan materi yang digunakan dalam proses terjemahan. Kata 'raw' adalah istilah yang digunakan untuk video yang masih belum diterjemahkan.
  • Penerjemah: ialah orang yang bertanggung jawab atas alih bahasa.
  • Timer: Mereka bertanggung jawab atas munculnya subtitle pada saat pembicara mengucapkan kata. Untuk melakukan ini, Timer harus menyeimbangkan antara irama, ucapan dan unit waktu yang tepat untuk panjangnya subtitle yang akan ditulis (Ivarsson 1992:87).
  • Typesetter: Tugas utama Typesetter ialah menuliskan tanda-tanda tertulis yang muncul di layar serta font yang akan digunakan pada subtitle. Typesetter ialah orang paling berseni dalam penerjemahan subtitle.
  • Editor: Pertama, editor harus punya pengetahuan bahasa yang baik. Tugas mereka ialah untuk memeriksa terjemahan agar bahasa terdengar lebih alami serta memeriksa kesalahan sewaktu mengetik. Tugas mereka jadi penting ketika penerjemah bukanlah penutur asli dari bahasa target, contohnya orang Jepang menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
  • Encoder: Seorang Encoder bertugas menggabungkan file subtitle dan video raw menjadi satu menggunakan program encoding.
  • QC: QC singkatan dari "quality control" atau pengontrol kualitas. Penerjemah subtitle film yang mengutamakan kualitas biasanya akan memeriksa dua kali sebelum file (subtitle) tersebut dirilis. Dalam setiap pemeriksaan diperlukan paling tidak 3 orang untuk memeriksa kesalahan serta saling memberi saran. Tujuan dari QC jelas untuk mencegah kesalahan dan memastikan kualitas tetap terjaga.

Faktor Penting dalam Penerjemahan Subtitle

Untuk menerjemahkan subtitle dengan baik, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
  • Timing
Penerjemah harus bisa menampilkan subtitle dengan durasi yang tepat. Subtitle tidak boleh ditampilkan terlalu lama karena tidak akan cukup untuk dialog berikutnya. Sebaliknya, penonton tidak akan bisa memahami terjemahannya jika subtitle yang ditampilkan terlalu singkat. Timing yang porposional harus diperhatikan demi kenyamanan penonton sebagai pengguna terjemahan. Idealnya, timing yang tepat adalah 2-3 detik. Penempatan subtitle tersebut tentu harus sesuai dengan lamanya ucapan. Software penerjemahan subtitle bisa membantu penerjemah untuk menentukan timing yang tepat dalam penempatan subtitle tersebut.
  • Jumlah baris
Penempatan subtitle harus sesuai dan tidak mengganggu penonton saat menikmati tontonan dalam bentuk film atau video. Idealnya subtitle ditulis dalam dua baris dalam setiap ucapan yang diterjemahkan. Jika subtitle memenuhi layar penonton tentu tidak bisa menikmati film atau video tersebut.
  • Ukuran font
Ukuran font tidak boleh terlalu besar atau memenuhi layar. Font harus porposional dan tidak mengganggu penonton saat menikmati film atau video yang diterjemahkan
  • Metode penerjemahan
Pada umumnya, teknik penulisan teks subtitle tidak jauh berbeda dengan penulisan teks biasa. Hanya saja, ruang yang tersedia untuk penulisan subtitle sangat terbatas. Dalam sebuah film atau video, penulisan subtitle tidak boleh memenuhi layar. Subtitle yang terlalu berlebihan akan menghalangi gambar dan membuat penonton tidak bisa menikmati tayangannya. Selain itu, subtitle akan ditampilkan dalam beberapa detik saja untuk setiap dialog yang diucapkan. Kondisi ini tentu akan membuat penerjemah menerapkan cara yang berbeda untuk menulis subtitle. Tidak seperti penerjemahan tertulis lainnya, subtitle cenderung lebih ringkas dan padat.

Penyesuaian dalam Penerjemahan Subtitle Film

Semua bahasa yang ada di dunia ini berbeda satu sama lain, baik struktur gramatikalnya maupun struktur semantisnya. Di bidang struktur gramatikal, perbedaan itu sering kali kelihatan mencolok. Namun sebenarnya di bidang makna perbedaan itu lebih besar lagi. Dalam proses penerjemahan, penerjemah selalu berupaya memperoleh unsur bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang serupa dalam teks sasaran. Oleh karena itu bila dua bahasa terlibat dalam proses penerjemahan untuk memperoleh padanan yang tepat dalam bahasa sasaran tidak jarang penerjemah terpaksa mengubah struktur gramatikal atau aspek semantisnya (Hoedoro, 2003:19). Berikut ini adalah penyesuaian dalam penerjemahan teks film :

a. Penyesuaian Struktural

Pada dasarnya penyesuaian struktural dimaksudkan untuk mencapai padanan gramatikal. Sering kali penerjemah tidak bisa sekedar menerjemahkan kata demi kata atau secara harfiah karena hasilnya mungkin kalimat terjemahan dengan struktur yang aneh. Bila struktur Bsu dan Bsa sama, maka penerjemahan akan cenderung lebih mudah secara struktural. Akan tetapi bila BSu dan BSa berbeda dalam hal struktur atau gramatikalnya, maka penerjemah akan berpotensi untuk menghadapi kesulitan dalam hal menyesuaikan gramatikal (Suryawinata, 2003:77).

Dalam penerjemahan teks film, penyesuaian struktural yang dilakukan juga harus mempertimbangkan faktor keterbatasan ruang dan waktu. Oleh karena itu para penerjemah harus melakukan penyesuaian tersebut agar mendapatkan bentuk tersingkat dan terbaik. Penyesuaian struktural ini terjadi dalam berbagai bidang.

b. Penyesuaian Semantis

Penyesuaian semantis ini menyangkut makna dari terjemahan. Semantik memainkan peran besar dalam penerjemahan karena pada dasarnya makna kata dalam satu bahasa tidak akan selalu berhubungan atau sama dengan kata dari bahasa lain, walaupun tetap saja muncul yang disebut “ketimpangan makna terjemahan”, contohnya, brother dalam bahasa Inggris bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi adik laki-laki dan kakak laki-laki.

Menurut Abdul Munif, strategi semantis adalah strategi penerjemahan yang dilakukan dengan pertimbangan makna. Strategi ini ada yang dioperasikan pada tataran kata, frase maupun klausa, dan kalimat. Strategi ini diantaranya terdiri dari :

1. Pungutan 
adalah strategi penerjemahan yang membawa (memungut) kata bahasa sumber ke dalam teks sasaran. Alasannya adalah untuk menghargai kata tersebut atau belum adanya padanan dalam bahasa sasaran. Pungutan ini mencakup transliterasi dan naturalisasi. Transliterasi adalah strategi penerjemahan yang mempertahankan kata-kata bahasa sumber tersebut secara utuh, baik bunyi atau tulisannya. Naturalisasi (adaptasi) merupakan kelanjutan transliterasi, yakni pengucapan dan tata penulisannya sudah diseuaikan dengan aturan bahasa sasaran.

2. Padanan budaya 
yaitu penerjemah menggunakan kata khas dalam bahasa sasaran untuk mengganti kata khas yang ada dalam bahasa sumber.

3. Padanan deskriptif dan analisis komponensial 
yaitu berusaha mendeskripsikan makna atau fungsi dari bahasa sumber. Dalam analisis komponensial, sebuah kata bahasa sumber diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan merinci komponen-komponen makna kata bahasa sumber tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak adanya padanan satu-satu dalam bahasa sasaran, sementara penerjemah menganggap pembaca perlu mengetahui arti yang sebenarnya. Bila padanan deskriptif digunakan untuk menerjemahkan kata-kata yang terkait dengan budaya, maka analisis komponensial digunakan untuk menerjemahkan kata-kata umum.

4. Sinonim 
yaitu penerjemah juga bisa menggunakan kata bahasa sasaran yang kurang lebih sama untuk kata-kata bahasa sumber yang bersifat umum jika enggan untuk menggunakan analisis komponensial. Srategi ini diambil karena analisis komponensial dirasa bisa mengganggu alur kalimat bahasa sasaran.

5. Penambahan 
yaitu dilakukan untuk memperjelas makna. Penerjemah memasukan infomasi ke dalam hasil terjemahannya karena ia berpendapat bahwa pembaca memerlukannya.

6. Penghapusan 
yaitu adanya beberapa kata dalam bahasa sumber yang tidak diterjemahkan. Pertimbangannya adalah kata atau bagian teks bahasa sumber tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks dan biasanya agak sulit untuk diterjemahkan.

7. Modulasi 
adalah strategi untuk menerjemahkan frase, klausa atau kalimat. Penerjemah memandang pesan dalam kalimat bahasa sumber dari sudut yang berbeda atau cara berpikir yang berbeda. Strategi ini digunakan jika penerjemahan dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar dan luwes.

Keterbatasan ruang yang tersedia dalam menerjemahkan teks film juga membuat penerjemah film sering menerapkan ‘ekonomi kata’ yaitu ‘gunakanlah kata sehemat mungkin’ (Badudu, 1995:33). Kata-kata yang kurang berfungsi atau yang jika dihilangkan tak mempengaruhi maksud kalimat, dapat dihilangkan. Penghilangan kata ini harus dilakukan dengan hati-hati karena ada kata-kata yang bila dihilangkan, maka kalimatnya akan berubah. Namun ada pula kata-kata yang dapat dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat. Misalnya kata bahwa tidak akan mengubah makna kalimat jika dihilangkan. Penghematan kata dapat juga dilakukan dengan mengubah struktur kalimat sehingga kalimat yang mengunakan kata berlebih dapat dibuat singkat, tetapi yang dimaksud tetap sama (Badudu, 1995:34).



SUMBER :